Dari'Amr Ibnu Syu'aib, dari ayahnya, dari kakeknya Radhiyallahu 'anhum (semoga Allah meridhai mereka) berkata, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:" Makanlah dan minumlah dan berpakaianlah dan bersedekahlah tanpa berlebihan (israf) dan tanpa kesombongan ". (HR. Abu Dawud dan Ahmad dan Al-Imam Al-Bukhari meriwayatkan
Tuhanmemberikan apa yang kita butuhkan bukan yang kita inginkan, karena apa yang kita inginkan belum tentu kita butuhkan, membahas masalah ketuhanan memang sangat dekat dengan yang namanya keimanan, banyak orang yang tidak kuat dan tidak tahan dengan kondisinya saat ini, namun pernahkah kita berpikir bahwa Allah memberikan kita semua itu karena adanya maksud yang sangat baik dari sang
Untukcinta kadangkala kita rela menidakkan yang Ya dan mengiyakan yang Tidak. Buta lagi membutakan jika paksinya bukan Tuhan. - Tribulasi 365 Hari, Dr. Anwar Fazal. Tarik nafas. Bertenang. Cuba ambil masa untuk bersendiri. Bukan bersendiri untuk menangis meratap. Bukan untuk berduka. Tapi cuba untuk muhasabah diri kita sendiri.
Vay Tiền Trả Góp 24 Tháng. Home » Atikel Islam“Allah kadang memberikan apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan”. Kalimat yang sudah sering bahkan sudah tidak asing lagi. Kapan kita meminta organ tubuh kita yang sempurna ini kepada Allah? Tangan, kaki, mata, telinga, hidung, mulut semua diberikan gratis dan tanpa dipungut biaya sepersenpun. Allah berikan ukuran-ukuran yang sesuai dengan kebutuhan, apakah iya kita meminta Allah dengan kata-kata “Ya Allah ku inginkan gigi ini yang kuat dengan jumlah 32 dengan ukuran panjang 5ml dan lebar 3ml per butir dengan berat 0,1gr”? sungguh Maha besar Allah yang memberikan kesempurnaan tanpa kita meminta, kapankan kita bersyukur dengan keadaan ini?sudah berapakali kita sombong dengan tingkah yang kita lakukan, dengan semua yang kita miliki? Harusnya ada kesadaran bahwa semua yang kita miliki ini milik dengan apa kita membalas semua ini kepada Allah? Apa iya mau memberi barang yang kita punya? Uang, motor, mobil, bunga, rumah, pakaian. Ketahuilah Allah tak butuh itu, itu semua milik Allah. Sebetulnya kita tak punya apa-apa di dunia ini, semua barang-barang, prabotan semua milik Allah. Dan sesungguhnya yang Allah inginkan hanyalah bertakwa kepada-Nya, menjalankan perintah-Nya dan menjahui semua larangan-Nya, sungguh simpel kan? Hanya itu saja. Semua petunjuk-petunjuk sudah tertulis dalam Al-Qur’an dan Hadits, kurang apa coba? Lantas setelah kita taat pada-Nya kita dimasukkan dalam syurga-Nya, yang semua kita inginkan ada disana. Sungguh begitu murah hati-Nya yang sudah kita lakukan sekarang? Sudah menjadi manusia berakwakahah? Jika belum mari kita lukan dari sekarang, jangan sia-siakan mumpung masih hidup, kita tak tau kapan Bantu kami memblokir iklan yang berbau sensitif dan pornografi dengan mengirimkan screenshot ke email mail[et]
Terdapat sebuah hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam terlepas dari status atau tingkatannya yang diriwayatkan dari Ibnu Umar radiallahu anhu berbunyi sebagai berikut اعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأنَّك تَعِيشُ أبَدًا، وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا Artinya “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya. Dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan engkau akan mati besok pagi.” Penggalan pertama dari hadits di atas, yakni اعْمَلْ لِدُنْيَاكَ كَأنَّك تَعِيشُ أبَدًا dipahami secara berbeda oleh berbagai orang. Ada sebagian orang yang memahaminya sebagai perintah supaya dalam bekerja untuk mencari dunia kita hendaknya melakukannya sebaik dan sekeras mungkin supaya mendapatkan hasil sebanyak-banyaknya sehingga mencukupi seluruh kebutuhan karena akan hidup selamanya. Pemaknaan seperti itu sesungguhnya tidak tepat meskipun dengan dalih sebagai perimbangan terhadap penggalan kedua dari hadits tersebut, yakni وَاعْمَلْ لِآخِرَتِكَ كَأَنَّكَ تَمُوْتُ غَدًا. Di antara kaum Muslimin tidak ada perbedaan pendapat tentang makna penggalan kedua ini. Mereka sepakat bahwa bekerja untuk kepentingan akhirat harus dilakukan sesegera mungkin dan sebaik-baiknya karena kita dianjurkan berpikir seolah-olah besok kita akan mati. Pemaknaan yang benar terhadap penggalan pertama dari hadits di atas adalah sebagaimana dijelaskan Muhammad Mutawalli asy-Sy’rawi dalam Tafsir asy-Sya’rawi Akhbarul Yaum, 1991, jilid 3 hal. 1752 terkait dengan tafsir surat Ali Imran ayat 133 sebagai berikut الناس تفهمها فهماً يؤدي مطلوباتهم النفسية بمعنى اعمل لدنياك كأنك تعيش أبداً يعني اجمع الكثير من الدنيا كي يَكفيك حتى يوم القيامة، وليس هذا فهماً صحيحاً لكن الصحيح هو أن ما فاتك من أمر الدنيا اليوم فاعتبر أنك ستعيش طويلاً وتأخذه غداً، أمَّا أمر الآخرة فعليك أن تعجل به Artinya “Manusia memahami penggalan hadits yang berbunyi “Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup selamanya” dengan pemahaman yang menuntut terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan yang bersifat psikologis, yakni pemahaman supaya mendapatkan sebanyak-banyaknya dari dunia ini untuk mencukupi kebutuhan hidup hingga hari kiamat. Pemahaman seperti itu tidak benar, akan tetapi yang benar adalah bahwa jika engkau tidak bisa meraih sesuatu dari dunia ini pada hari ini, maka berpikirlah sesungguhnya engkau akan hidup lama dan akan dapat meraihnya esok hari. Sedangkan terhadap apa yang terkait dengan akhirat, engkau hendaknya bersegera meraihnya.” Jadi berdasarkan penjelasan dari Imam asy-Sy’rawi di atas, pemaknaan yang benar adalah bahwa kita bekerja untuk mendapatkan hal-hal duniawi cukup seperlunya saja. Hal ini karena kita dianjurkan untuk berpikir bahwa kita akan hidup selamanya sehingga hari esok masih ada dan masih banyak waktu untuk melakukannya. Dalam kaitan ini ada pepatah Jawa yang sejalan dengan pemaknaan seperti itu, yakni “Ana dina ana upa ada hari ada nasi.” Artinya selama masih ada kehidupan, rejeki selalu tersedia setiap hari sehingga tidak perlu bekerja mencari dunia secara “ngaya” atau bekerja terlalu keras hingga lupa ibadah dan lupa waktu untuk istirahat. Allah subhanu wata’ala telah mengingatkan di dalam Al-Qur’an, surat an-Naba’ bahwa kehidupan ini telah diatur sedemikian rupa; ada siang dan ada malam. Masing-masing memiliki fungsinya sendiri-sendiri. Kedua ayat itu berbunyi sebagai berikut وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاسًا ١٠ وَجَعَلْنَا النَّهَارَ مَعَاشًا ١١ ـ Artinya ”Dan Kami menjadikan malam sebagai pakaian 10, dan Kami menjadikan siang untuk mencari penghidupan.” 11 Ibnu Katsir menafsirkan ayat 10 di atas sebagai berikut أي يغشى الناس بظلامه وسواده، كما قال {والليل إذا يغشاها} Artinya “ Allah menjadikan malam untuk menutupi semua manusia dengan kegelapannya. seperti yang disebutkan-Nya dalam ayat lain وَاللَّيْلِ إِذا يَغْشاها Artinya “Dan malam apabila menutupinya.” Asy-Syams 4. Selanjutnya beliau menambahkan keterangan dengan mengutip pendapat Qatadah sebagai berikut وقال قتادة { وجعلنا الليل لباساً} أي سكناً. Artinya “Qatadah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan “pakaian” adalah ketenangan.” lihat Tafsir Al-Qur’an al-Adzim, Dar Ibn Hazm Beriut, Cetakan I, 2000, hal. 1952-3. Jadi intinya adalah Allah menjadikan malam sebagai saat yang gelap agar manusia istirahat dengan tenang. Mengenai ayat 11 di atas, Ibnu Katsir menafsirkannya pada halaman yang sama sebagai berikut أي جعلناه مشرقاً نيراً مضيئاً ليتمكن الناس من التصرف فيه والذهاب والمجيء للمعايش والتكسب والتجارات وغير ذلك Artinya “Allah menjadikan siang terang benderang supaya manusia dapat melakukan aktivitasnya untuk mencari upaya penghidupan dengan bekerja, berniaga, dan melakukan urusan lainnya.” Memperhatikan kedua ayat di atas, kita diharapkan dapat bekerja untuk dunia secara logis. Oleh karena kita dianjurkan untuk berpikir bahwa seolah-olah kita akan hidup selamanya, maka sesungguhnya kita harus pula berpikir bahwa terdapat banyak sekali kesempatan dalam hidup ini untuk mendapatkan apa yang kita butuhkan. Jika hari ini kita belum mendapatkan apa yang kita butuhkan, esok hari masih ada kesempatan untuk mendapatkannya sehingga kita tidak perlu bekerja memforsir diri dengan melupakan perlunya istirahat. Cara seperti ini justru bisa merugikan diri sendiri karena riskan jatuh sakit akibat kelelahan. Allah menjadikan malam sebagai saat yang tenang agar kita semua bisa istirahat dengan tenang sekaligus memulihkan kembali stamina kita agar esok hari bisa melanjutkan bekerja sebagaimana lazimnya manusia bekerja. Saat malam juga sangat baik untuk melakukan qiyamul lail dengan terlebih dahulu tidur secukupnya. Mengisi malam dengan berbagai ibadah di malam hari hendaknya tidak sengaja kita lewatkan begitu saja sebab justru dalam konteks inilah penggalan kedua dari hadits di atas menemukan relevansinya, yakni pada saat ada kesempatan beramal untuk akhirat, maka kesempatan itu tidak boleh disia-siakan dan supaya dikerjakan dengan sebaik-baiknya karena bisa jadi esok hari kita telah mati. Kesimpulannya, penggalan hadits “Bekerjalah untuk duniamu seolah-olah engkau akan hidup selamanya” mengandung makna bahwa kita tidak boleh bekerja mencari dunia secara “ngaya” atau bekerja terlalu keras hingga lupa ibadah dan lupa waktu untuk istirahat karena sesungguhnya selama Allah masih memberi kita kesempatan untuk hidup, selama itu pula Allah menjamin ketersediaan rezeki bagi kita. “Ana dina ana upa.” Muhammmad Ishom, dosen Fakultas Agama Islam Universitas Nahdlatul Ulama UNU Surakarta.
TOPIK UTAMA MENGAPA KITA BUTUH ALLAH? Para ahli kesehatan mental mengatakan bahwa agar benar-benar bahagia, manusia membutuhkan nilai spiritual. Mereka biasanya ingin melakukan sesuatu yang berguna atau ingin berbakti kepada pribadi yang lebih tinggi dari mereka. Untuk itu, ada yang mengabdikan diri pada alam, kesenian, musik, dan lain-lain. Namun, kebanyakan dari mereka tidak benar-benar puas. Allah ingin manusia hidup bahagia sekarang dan selamanya Alkitab membenarkan adanya kebutuhan spiritual, atau rohani, dalam diri manusia. Pasal-pasal awal buku Kejadian menunjukkan bahwa setelah Allah menciptakan pasangan manusia pertama, Ia sering berbicara dengan mereka agar mereka bisa menjalin hubungan dengan-Nya. Kejadian 38-10 Manusia diciptakan dengan kebergantungan mutlak pada Allah; mereka perlu berkomunikasi dengan Pencipta mereka. Kebutuhan ini berulang kali disinggung dalam Alkitab. Misalnya, Yesus menyatakan, ”Berbahagialah mereka yang sadar akan kebutuhan rohani mereka.” Matius 53 Kesimpulannya, kalau ingin hidup puas dan bahagia, kita harus memenuhi kebutuhan rohani. Bagaimana caranya? Yesus mengatakan, ”Manusia harus hidup, bukan dari roti saja, tetapi dari setiap ucapan yang keluar melalui mulut Yehuwa.” Matius 44 Ucapan Allah adalah jalan pikiran dan petunjuk-Nya yang ada dalam Alkitab. Bagaimana hal itu bisa membuat hidup kita bahagia dan memuaskan? Mari kita lihat tiga contohnya. Kita Butuh Petunjuk yang Tepat Sekarang ini, ada banyak ahli dan spesialis yang menawarkan konsultasi soal hubungan sosial, asmara, keluarga, pemecahan masalah, kebahagiaan, bahkan makna kehidupan. Tapi, bukankah hanya Sang Pencipta, Allah Yehuwa, yang bisa memberikan petunjuk yang paling tepat dan seimbang? Seperti buku petunjuk, Alkitab memberi bimbingan untuk kehidupan Sebagai gambaran Setiap produk, misalnya ponsel atau kamera, dilengkapi buku petunjuk yang menjelaskan cara menggunakan produk itu untuk mendapat hasil terbaik. Kehidupan manusia bisa disamakan dengan sebuah produk yang dilengkapi dengan ’buku petunjuk’ dari Sang Pembuat kehidupan, Allah. Buku petunjuk itu adalah Alkitab. Alkitab menjelaskan kepada manusia tujuan kehidupan dan cara terbaik menjalaninya. Seperti buku petunjuk, Alkitab dengan jelas memperingatkan kita bahwa ada tindakan-tindakan yang bisa membuat kehidupan tidak berjalan mulus. Nasihat atau jalan pintas dari orang lain mungkin kedengaran menarik, bahkan lebih mudah. Tetapi, kalau kita ingin menjalani kehidupan yang menyenangkan dan terhindar dari masalah, petunjuk siapa yang harus kita ikuti? Bukankah petunjuk dari Sang Pembuat kehidupan? ”Aku, Yehuwa, adalah Allahmu, Pribadi yang mengajarkan hal-hal yang bermanfaat bagimu, Pribadi yang membuat engkau melangkah di jalan yang harus kautempuh. Oh, seandainya saja engkau mau memperhatikan perintah-perintahku! Maka damaimu akan menjadi seperti sungai, dan keadilbenaranmu seperti gelombang-gelombang laut.”—Yesaya 4817, 18 Alkitab bisa memberi kita arahan dan bantuan yang kita butuhkan Meski Allah Yehuwa memberikan arahan dan petunjuk, Ia tidak memaksa kita mengikutinya. Sebaliknya, karena Ia mengasihi kita dan ingin membantu kita, Ia dengan hangat mengatakan, ”Aku, Yehuwa, adalah Allahmu, Pribadi yang mengajarkan hal-hal yang bermanfaat bagimu, Pribadi yang membuat engkau melangkah di jalan yang harus kautempuh. Oh, seandainya saja engkau mau memperhatikan perintah-perintahku! Maka damaimu akan menjadi seperti sungai, dan keadilbenaranmu seperti gelombang-gelombang laut.” Yesaya 4817, 18 Jadi, kita harus mengikuti bimbingan Allah jika kita menginginkan kehidupan yang baik. Dengan kata lain, agar bahagia, kita butuh Allah. Kita Butuh Penjelasan untuk Masalah Kehidupan Karena banyaknya masalah kehidupan, orang sulit percaya Allah itu pengasih. Jadi, mereka tidak mau bergantung pada Allah. Contohnya, mereka mungkin bertanya, ’Mengapa orang baik menderita?’ ’Mengapa ada bayi yang lahir cacat?’ ’Mengapa hidup ini tidak adil?’ Hal-hal itu memang penting untuk direnungkan, dan jawabannya bisa sangat memengaruhi kehidupan. Tetapi, daripada langsung berpikir bahwa masalah kehidupan datang dari Allah, mari kita perhatikan apa kata Firman Allah, Alkitab, tentang hal ini. Buku Kejadian pasal tiga bercerita tentang Setan yang, dengan menggunakan seekor ular, menghasut pasangan manusia pertama agar melanggar perintah Allah Yehuwa untuk tidak makan buah dari pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat. ”Kamu pasti tidak akan mati,” kata Setan kepada Hawa. ”Karena Allah tahu bahwa pada hari kamu memakannya, matamu tentu akan terbuka dan kamu tentu akan menjadi seperti Allah, mengetahui yang baik dan yang jahat.”—Kejadian 216, 17; 34, 5. Dengan kata-kata itu, Setan tidak hanya mengatakan bahwa Allah pembohong, tetapi juga menyiratkan bahwa cara Allah memerintah tidak adil. Menurut Iblis, jika manusia memercayai kata-katanya, hidup mereka akan lebih baik. Bagaimana masalah itu diselesaikan? Yehuwa memilih untuk tidak langsung bertindak supaya semua ciptaan dapat melihat apakah tuduhan terhadap-Nya benar atau salah. Dengan begitu, Allah memberikan kesempatan kepada Setan dan mereka yang berpihak padanya untuk membuktikan apakah manusia dapat hidup bahagia tanpa Allah. Menurut Anda, apa jawaban dari tuduhan Setan? Dapatkah manusia hidup bahagia dan sukses mengatur diri sendiri tanpa Allah? Penderitaan, ketidakadilan, penyakit, kematian, juga kejahatan, amoralitas, perang, genosida, dan semua kebiadaban lain telah menghantui manusia selama berabad-abad. Itu jelas membuktikan bahwa semua upaya manusia untuk hidup tanpa bantuan Allah pasti gagal total. Kata-kata Alkitab memang benar, ”Manusia menguasai manusia sehingga ia celaka.” Pengkhotbah 89 Itulah sumber penderitaan dan masalah, bukan Allah. Jadi jelas, kita perlu berpaling kepada Allah bukan hanya untuk mendapat penjelasan atas masalah-masalah kita, tapi juga untuk mendapat jalan keluar. Apa yang akan Allah lakukan bagi kita? Kita Butuh Bantuan Allah Sejak dulu, orang ingin bebas dari penyakit, penuaan, dan kematian. Mereka telah menghabiskan banyak waktu, upaya, dan sumber daya untuk menghindarinya, tapi tidak berhasil. Ada yang percaya legenda tentang ramuan hidup abadi, sumber air awet muda, dan sebagainya. Namun, semuanya mengecewakan. Allah ingin agar manusia hidup bahagia. Inilah tujuan Allah sejak Ia menciptakan manusia. Kejadian 127, 28; Yesaya 4518 Allah Yehuwa menjamin bahwa apa pun yang Ia maksudkan pasti akan menjadi kenyataan. Yesaya 5510, 11 Alkitab memberi tahu kita bahwa Allah berjanji akan memulihkan kondisi Firdaus yang dihilangkan pasangan manusia pertama. Di bagian akhir dari Alkitab, kita melihat keterangan ini, ”Ia [Allah Yehuwa] akan menghapus segala air mata dari mata mereka, dan kematian tidak akan ada lagi, juga tidak akan ada lagi perkabungan atau jeritan atau rasa sakit. Perkara-perkara yang terdahulu telah berlalu.” Penyingkapan [Wahyu] 214 Bagaimana Allah akan mewujudkan keadaan luar biasa ini? Putra Allah, Yesus Kristus, mengajar murid-muridnya untuk berdoa agar kehendak Allah terwujud. Banyak orang hafal atau mengulang-ulangi doa ini, yang dikenal dengan sebutan Doa Bapa Kami. Kata-katanya seperti ini, ”Bapak kami yang di surga, biarlah namamu disucikan. Biarlah kerajaanmu datang. Biarlah kehendakmu terjadi, seperti di surga, demikian pula di atas bumi.” Matius 69, 10 Ya, Allah Yehuwa akan menggunakan Kerajaan Allah untuk menghilangkan semua akibat buruk dari pemerintahan manusia dan mewujudkan dunia baru yang adil seperti yang Ia Daniel 244; 2 Petrus 313 Nah, apa yang harus kita lakukan untuk menikmati janji Allah ini? Yesus Kristus menunjukkan apa yang harus kita lakukan, ”Ini berarti kehidupan abadi, bahwa mereka terus memperoleh pengetahuan mengenai dirimu, satu-satunya Allah yang benar, dan mengenai pribadi yang engkau utus, Yesus Kristus.” Yohanes 173 Ya, dengan bantuan Allah, kita bisa meraih kehidupan abadi di dunia baru. Harapan ini membuat kita semakin yakin bahwa kita membutuhkan Allah. Saatnya Mengingat Allah Dua ribu tahun yang lalu di Areopagus, atau Bukit Mars, di Athena, rasul Paulus berbicara tentang Allah kepada orang-orang Athena. Ia mengatakan, ”Dialah yang memberikan kehidupan dan napas dan segala sesuatu kepada semua orang. Sebab oleh dialah kita mempunyai kehidupan, kita bergerak, dan kita ada, sama seperti yang telah dikatakan oleh beberapa pujangga yang ada di antara kamu, ’Sebab kita juga adalah keturunannya.’”—Kisah 1725, 28. Apa yang Paulus sampaikan kepada orang Athena memang benar. Pencipta kita memberikan udara yang kita hirup, makanan yang kita makan, dan air yang kita minum. Kita tidak bisa hidup tanpa semua hal baik yang telah Yehuwa sediakan untuk memelihara kita. Namun, mengapa Allah terus memberikan hal-hal ini kepada semua orang, termasuk yang tidak memedulikan Dia? ”Agar,” kata Paulus, ”mereka mencari Allah, jika mereka mungkin mencari-cari dia dan benar-benar menemukan dia, meskipun dia sebenarnya tidak jauh dari kita masing-masing.”—Kisah 1727. Maukah Anda belajar lebih banyak tentang kehendak Allah dan nasihat-Nya agar bisa hidup bahagia selamanya? Jika Anda tertarik, beri tahu orang yang memberi Anda majalah ini atau penerbit majalah ini. Mereka akan senang membantu Anda.
hadits tentang allah memberikan apa yang kita butuhkan